Macam-macam Sistem Penggerak Roda
Sistem Penggerak Roda - Serbuan model baru membuat konsumen harus menghadapi banyak pilihan mobil, termasuk teknologi penggerak roda yang digunakan. Bila dulu hanya ada penggerak dua roda (two-wheel drive/2WD), kini ada penggerak empat roda (four-wheel drive/4WD), All-wheel drive dan traksi kontrol. Apa bedanya?
Four-Wheel Drive (4WD) menyalurkan tenaga ke seluruh roda bila diperlukan. Dalam kondisi normal, kendaraan bergerak hanya dengan dua roda (2WD). Hal ini bisa dilakukan berkat perangkat transfer case. Perangkat ini mengunci/memadukan gardan depan maupun belakang. 4WD dilengkapi dengan low-range gear guna menerjang medan off-road seperti kubangan lumpur, bukit terjal atau jurang curam. Pengemudi harus menghentikan kendaraan atau memperlambat sebelum menggeser tuas untuk mengaktifkan/melepaskan low-range gear. Saat ini, ada banyak jenis penggerak model ini.
Tipe 4WD
Produsen-produsen mobil biasanya menggunakan nama masing-masing untuk system penggerak rodanya. Tapi pada dasarnya hanya ada empat tipe:
Part-time 4WD, tipe ini menuntut pengemudi secara manual memindahkan system dari 2WD ke 4WD dengan menggunakan tuas atau tombol. Sekarang ini, kebanyakan proses perpindahan itu dilakukan dalam kondisi berjalan (shift on the fly). Daya mesin dibagi rata 50:50 untuk roda depan dan belakang.
Dalam kondisi normal, system ini bergerak dengan 2WD. Mobil dengan part-time 4WD tidak didisain untuk menggunakan 4WD di jalan kering atau jalan raya, karena akan menyebabkan roda dan system gear cepat aus.
Yang membedakan dengan system lain adalah perangkat low-range gear yang berguna untuk menembus medan off-road terberat. Bila perangkat ini diaktifkan, mobil akan merambat pelan tapi pasti mampu menembus semua rintangan.
Kelebihan system ini: efektif menembus semua rintangan, terutama berkat low-range gear. Kekurangannya: tidak praktis, karena pengemudi harus menukar mode 4WD atau 2WD sesuai kondisi medan. Selain itu, tidak cocok digunakan di jalan aspal.
Sistem ini banyak dipakai pada pickup dan SUV seperti Chevrolet, Mazda, Nissan, Chevrolet Blazer; Jeep Cherokee, Jeep Wrangler; Mitsubishi Montero Sport; Nissan Pathfinder; Toyota 4Runner.
Selectable 4WD, sistem ini memberikan keleluasaan lebih banyak pada pengemudi untuk memilih jenis penggerak rodanya, termasuk 2WD, full-time 4WD, bahkan part-time 4WD guna memberikan traksi maksimal.
Ada yang menyarankan untuk menggunakan full-time 4WD setiap saat. Keuntungannya, pengendalian lebih stabil, sementara bahan bakar tidak terlalu boros. Central differential akan mengatur roda depan dan belakang berputar independen ketika belok. Bila menghadapi medan yang berat, center differential dapat otomatis mengunci, untuk memberikan traksi sehebat part-time 4WD.
Keuntungan system ini: efektif menembus medan lumpur, berkat center differential, juga dapat digunakan pada jalan aspal. Center differential dapat dikunci untuk menambah traksi di medan berat. Sistem ini dilengkapi pula dengan low-range gear.
Kekurangannya: center differential harus diaktifkan atau di non-aktif secara manual. Seringkali mobil masih dalam mode 2WD, justru ketika seharusnya sudah 4WD.
Sistem ini dipakai oleh: Jeep Cherokee, Grand Cherokee; Mitsubishi Montero; Acura SLX; Ford Expedition; Infiniti QX4; Isuzu Trooper.
Permanent 4WD, system ini full-time 4WDcenter differential otomatis mengunci. Jadi pengemudi tidak perlu lagi mengunci secara manual. Sistem ini berfungsi baik di jalan aspal maupun di medan lumpur.
Kelebihan system ini: kemampuan off-roadnya setara dengan part-time 4WD, namun bisa digunakan disemua medan termasuk di jalan aspal. Center differential dapat mengunci secara otomatis untuk meningkatkan traksi. Sistem ini juga memiliki low-range gear. Sayangnya, harganya lebih mahal dari system yang lain.
Mobil-mobil yang menggunakan system ini: Ford Explorer V6; Jeep Grand Cherokee; Range Rover; Lexus LX470; Mercedes-Benz ML320; Mercury Mountaineer V6; Toyota Land Cruiser.
Automatic 4WD. Sistem ini bergerak dengan 2WD, hingga system mendeteksi perlunya menggunakan 4WD. Secara otomatis daya dibagi ke roda depan dan belakang dengan perbandingan sesuai kondisi medan. Pada umumnya system otomatis bekerja bila salah satu ban slip. Yang lebih modern, menggunakan software yang dapat mengubah ke 4WD sebelum roda slip, dengan menganalisa kondisi jalanan.
All-Wheel Drive (AWD) atau full-time 4WD ; mirip 4WD tapi tidak dilengkapi low-range gear dan selalu 4WD, tidak bisa dipindah ke 2WD. Meskipun tidak setangguh 4WD, AWD cukup mampu untuk melibas jalanan pedesaan, off-road ringan dan bukit landai. Pada kenyataannya, ground clearance (jarak terendah antara mobil dan tanah) yang sering menghentikan mobil, daripada ketidakmampuan AWD.
Keuntungan AWD: mudah digunakan, dan seketika mampu menyalurkan power ke roda dengan cengkraman terbaik. Tidak merusak ban atau gear ketika digunakan di jalan aspal. Center differential bisa secara otomatis mengunci atau membuka. Sayangnya, karena tidak memiliki low-range kemampuan off roadnya tidak sehebat 4WD.
Mobil-mobil yang menggunakan system AWD: Audi Quattro; Mitsubishi Eclipse, 3000GT; Mercedes-Benz E320; Subaru; Volvo V70 ; Chrysler Town & Country; Dodge Grand Caravan; Mazda MPV; Honda CR-V; Lexus RX300.
Traksi Kontrol, lebih murah, lebih ringan dan jadi alternatif 4WD ataupun AWD. Kebanyakan dipakai mobil-mobil 2WD untuk memberikan traksi maksimal ke roda. Bila system mendeteksi salah satu roda mengalami slip, maka system otomatis memberikan daya pengereman ke roda itu. Bahkan dalam kondisi tertentu memutus samasekali aliran daya ke roda tersebut. Ini menghentikan roda yang slip dan mengirimkan daya ke roda yang masih memiliki traksi. Tapi bila seluruh roda kehilangan traksi, perangkat ini tak berguna.
Ada beberapa tipe traksi kontrol:
Limited-slip Differential, system ini menyalurkan torsi ke roda yang memiliki traksi terbaik, sekaligus mengurangi pasokan daya ke roda yang tergelincir. Sistem ini bekerja baik pada jalan lurus. Sistem yang lebih modern dapat mengirim tambahan torsi ke roda yang lebih baik traksinya, sebelum roda yang lain tergelincir. Namun bila kedua roda tergelincir, habislah sudah.
Brake System Traction Control . Sistem ini digunakan bersama ABS dan menggunakan perangkat yang sama, namun prinsip kerjanya bertolak belakang. Pada kondisi jalan licin, system akan mengerem roda yang slip. System ini bekerja baik pada saat melaju lurus ataupun di tikungan. Sistem ini tidak mahal dan cukup efektif terutama pada kecepatan rendah. Karena pada kecepatan tinggi, komponen pengerem akan bekerja keras dan cepat aus akibat gesekan dan panas tinggi. Perangkat ini terpasang pada Toyota Camry, Volvo S70 dan Volvo V70.
Untuk kecepatan tinggi, ada All system traction control yang menggunakan ABS dan komputer pengontrol mesin. Prinsip kerjanya, pada saat system pengerem bekerja, komputer mengurangi daya yang dihasilkan mesin atau memindahkan ke gigi transmisi yang lebih tinggi untuk mengurangi wheel spin. Perangkat ini terpasang pada mobil mewah seperti Mercedes-Benz S-Class dan E-Class, BMW Seri 7, Lexus LS400 dan Cadillac DeVille.
Masing-masing system punya kelebihan dan kekurangan. Sistem mana yang anda pilih, tergantung kondisi dimana mobil akan beroperasi dan berapa banyak uang di kantong. Untuk wilayah yang lebih jinak, seperti jalan pedesaan, traksi kontrol ataupun AWD bisa dipilih, meskipun AWD memberikan derajat keselamatan lebih tinggi. Untuk menembus lorong-lorong hutan, padang pasir, jalan berkerikil, AWD cukup efisien. Untuk medan yang lebih ganas, giliran 4WD beraksi.
Kategori : Oto News
Artikel Terkait
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)